Pemberdayaan Perempuan: Bantuan Tunai dan Pelatihan Keuangan
Oleh: Angelina Komala (Mahasiswa Prodi EP UAJY, Angkatan 2023)
Perempuan mempunyai kontribusi besar dalam perekonomian, termasuk di negara berkembang, seperti misalnya melalui kegiatan mereka dalam usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Oleh sebab itu pemberdayaan perempuan merupakan kebijakan yang penting dan strategis untuk memajukan Perempuan, khususnya di wilayah di mana adalah norma-norma gender dan sosial yang kuat membatasi peluang dan hasil pasar kerja perempuan seperti di di Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA).
Salah satu program yang sering dilakukan adalah pemberian bantuan serta pelatihan yang terkait dengan keuangan. Namun sukses tidaknya program seperti ini tentu tergantung pada banyak hal. Berikut adalah temuan dari penelitian yang dilakukan oleh Gazeaud dkk (2023)
Hasil eksperimen di Tunisia
Gazeaud dkk (2023) melakukan satu randomised experiment di Tunisia untuk mengeksplorasi apakah dengan sengaja mengundang para istri untuk membawa suami mereka ke pelatihan keuangan, yang dikombinasikan dengan bantuan tunai yang bebas untuk digunakan, dapat mengubah dampak program tersebut. Eksperimen ini dilakukan di Jendouba, salah satu provinsi termiskin di Tunisia, di mana perempuan pada umumnya terlibat dalam tugas pertanian atau aktivitas di rumah seperti kebun dapur dan peternakan, sementara laki-laki lebih cenderung terlibat dalam sektor konstruksi atau pekerjaan pertanian tertentu.
Langkah pertama eksperimen ini adalah kelompok perlakuan (treatment group), sebanyak 1.000 perempuan, menerima bantuan tunai senilai USD 768 (dalam nilai PPP), setara empat kali lipat dari median pendapatan bulanan responden pada awal penelitian. Para perempuan tersebut juga mendapatkan pelatihan keuangan selama satu hari yang berciri sensitif gender. Mereka juga diberikan saran untuk menginvestasikan uangnya dalam satu kegiatan yang dapat menghasilkan uang, atau dalam kegiatan untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan mereka sehingga meningkatkan peluang sukses di pasar kerja. Langkah kedua, sebagian penerima bantuan tunai tersebut didorong untuk membawa pasangan laki-laki mereka ke pelatihan keuangan yang sensitive gender. Tujuannya adalah mendorong adanya dialog gender, mengatasi kendala-kendala terkait gender dalam pasar tenaga kerja, dan meminimalkan kebencian atau serangan balik. Hasilnya, sebanyak 444 dari 502 (88%) perempuan dalam kelompok perlakuan ini menghadiri pelatihan bersama pasangan mereka.
Dampak eksperimen ini diteliti setelah dua tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa program bantuan tunai dan pelatihan berdampak positif pada kegiatan-kegiatan yang menghasilkan uang, tetapi hanya bagi perempuan yang pasangannya tidak mengikuti pelatihan. Dibandingkan dengan kelompok kontrol, perempuan yang menerima bantuan tunai dan pelatihan tanpa pasangan memiliki 3,3 poin persentase (45%) lebih mungkin untuk melakukan aktivitas yang menghasilkan uang dan pendapatan mereka 61% lebih tinggi. Sedangkan perempuan yang menerima bantuan tunai dan mengikuti pelatihan bersama pasangan mereka memiliki 4,1 poin persentase lebih kecil kemungkinannya untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan pendapatan dibandingkan perempuan yang diminta datang ke pelatihan tanpa membawa pasangannya. Artinya, melibatkan pasangan dalam pelatihan tampaknya menjadi bumerang bagi perempuan penerima bantuan tunai.
Hasil eksperimen seperti itu karena dua mekanisme. Pertama, keterlibatan pria dalam pelatihan dapat mengurangi privasi perempuan terhadap bantuan tunai, mengurangi wewenang mereka untuk menginvestasikan bantuan tersebut dalam kegiatan mereka sendiri atau anggota rumah tangga lainnya. Kedua, bilapun privasi terhadap uang tunai tidak berubah, pria yang terlibat dalam pelatihan mungkin merasa punya legitimasi untuk mempengaruhi bagaimana uang bantuan dihabiskan setelah mengikuti pelatihan.
Secara umum, ada dampak positif terhadap pendapatan rumah tangga, meskipun tidak ada perbedaan signifikan antara dua kelompok perlakuan. Berpartisipasi dalam pelatihan sendirian versus dengan pasangan memunculkan efek substitusi antara kegiatan perempuan dan laki-laki yang menghasilkan pendapatan. Program bantuan tunai dan pelatihan tesebut secara keseluruhan memberikan dampak yang sangat positif, seperti meningkatnya standar hidup misalnya diukur dengan peningkatan konsumsi makanan dan kepemilikan asset. Juga ada manfaat sosio-psikologis positif yang muncul, misalnya perempuan yang ikut program ini menjadi lebih merasa puas dengan kehidupannya, Kesehatan mentalnya menjadi lebih baik, dan lebih memiliki akses ke keuangan.
Jamesta di Yogyakarta
Di Indonesia sendiri, sebuah eksperimen pernah dilakukan sebagai upaya untuk mendalami dampak dan pengaruh dari bantuan jaminan pendapatan dasar semesta (Jamesta), yaitu Yogyakarta Basic Income Pilot (YBIP) (Prasetyo dkk, 2023). Studi tersebut mencoba menyelidiki bagaimana pemberian Jamesta melalui YBIP dapat memberikan kontribusi nyata terhadap kondisi ekonomi dan kesejahteraan penerima manfaat. Dengan melibatkan sejumlah partisipan selama enam bulan, penelitian ini berusaha menggali pengaruhnya terhadap pendapatan, keamanan pangan, dan aspek-aspek lain yang dapat memberikan wawasan berharga terkait efektivitas program bantuan keuangan tersebut.
YBIP merupakan eksperimen pertama di Indonesia yang didanai melalui crowdfunding, diorganisir oleh berbagai pihak dan dilakukan secara sistematis dan ilmiah. YBIP memberikan 500.000 IDR kepada 25 penerima yang dipilih selama enam bulan tanpa syarat apa pun, dan dampaknya diukur melalui survei berkala (sebelum, selama, dan setelah berakhirnya pilot). Selain 25 penerima penghasilan dasar, Pilot juga memilih 75 orang lain dari 2.100 pelamar sebagai kelompok kontrol. Sebanyak 60% partisipan eksperimen ini adalah perempuan.
Eksperimen ini memang tidak secara eksplisit melihat implikasi keterlibatan pasangan bagi perempuan penerima Jamesta. Namun menarik untuk dicatat bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa Jamesta secara signifikan membantu meningkatkan pendapatan dan meningkatkan status keamanan pangan penerimanya. Di sisi lain, Jamesta tidak mengubah gaya hidup atau penggunaan waktu senggang peserta dan tidak mengganggu atau mengurangi produktivitas penerima manfaat.
Kesimpulan
Dari kedua penelitian di Tunisia dan eksperimen YBIP di Indonesia menunjukkan bahwa program bantuan keuangan, terutama yang bersifat inovatif seperti YBIP, memiliki potensi untuk memberikan dampak positif pada kondisi ekonomi dan kesejahteraan. Tentu penting untuk terus mengembangkan dan menyesuaikan program-program serupa agar dapat mengatasi permasalahan dan mencapai dampak yang lebih luas dalam mendukung kesetaraan dan kesejahteraan khususnya di Indonesia, mengingat di perempuan memiliki peran yang besar, misalnya sebagian besar UMKM dimiliki oleh perempuan yang di antara mereka membutuhkaan bantuan pembiayaan dan pelatihan keuangan.
Referensi
Gazeaud, J., Khan, N., Mvukiyehe, E., & Sterck, O. (2023). “Empowering women in Tunisia through cash grants and financial training”, https://voxdev.org/topic/social-protection/empowering-women-tunisia-through-cash-grants-and-financial-training
Prasetyo, Y., E., dkk. (2023). “Yogyakarta’s Basic Income Pilot (YBIP) Experiment (Final Report)”, https://www.researchgate.net/publication/370558678_Yogyakarta’s_Basic_Income_Pilot_YBIP_Experiment_Final_Report
NN (2023). “Pemerintah Dukung Peningkatan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Indonesia”, https://www.kemenkeu.go.id/informasi-publik/publikasi/berita-utama/Pemberdayaan-Ekonomi-Perempuan-Indonesia
Editor: Aloysius Gunadi Brata